Berita kami

Permintaan Susu Sapi di Boyolali Meningkat

20 August 2021 Pemerintahan

Foto : Pekerja saat menyelesaikan pemerahan susu sapi di peternakan Dukuh Kepalon Desa Karangkendal Kecamatan Tamansari. Jumat (20/8/2021)

BOYOLALI – Sejak pandemi Covid-19 melanda, masyarakat melakukan berbagai upaya untuk meningkatan daya tahan ekonominya untuk melawan Covid-19. Hal tersebut berpengaruh dengan peningkatan permintaan susu sapi di berbagai wilayah Indonesia. Secara nasional untuk produksi susu sapi untuk industri pengolah susu di Indonesia sebanyak 20 persen masih hanya bisa dicukupi dalam negeri, sehingga 80 persen masih harus diimpor dari negara luar yaitu Amerika Serikat, Australia, New Zealand dan Kanada.

Dijelaskan Kepala Bidang (Kabid) Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanto bahwa ada tren peningkatan permintaan di Kabupaten Boyolali. Pada saat pandemi ini kondisi negara penghasil susu mengalami gangguan baik distribusi maupun produksi mengakibatkan suplai ke Indonesia agak berkurang sehingga permintaan susu di dalam negeri meningkat.

“Ada satu faktor yang menonjol jadi selama pandemi, memang kesadaran masyarakat kita untuk mengkonsumsi susu cukup tinggi. Karena ada keyakinan bahwa dengan mengkonsumsi susu dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas sehingga permintaan susu juga cukup meningkat,” ungkapnya saat dijumpai di kantornya, Jumat (20/8/2021).

Tiga tahun terakhir ini, Kabupaten Boyolali memiliki jumlah sapi perah sebanyak 94.000. Jumlah tersebut tetap konsisten selama tiga tahun meskipun ada peningkatan sekitar 0,5 hingga 1 persen. Dari 94.000 ekor sapi di Kabupaten Boyolali, mampu menyumbangkan 49.000 ton/tahun setara 136 ton per hari tertinggi di Jawa Tengah atau menyumbang 49 persen di Jawa Tengah.

“Dari segi topografis kesesuaian wilayah memang perkembangan susu di Kabupaten Boyolali terkonsentrasi di Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Tamansari, Ampel, Mojosongo dan sedikit di Boyolali Kota. Selain dengan kesesuaian suhu dan juga daya dukung pakan ternak karena daerah tegalan, jadi untuk budidaya pakan ternak itu sangat cocok sebagai pendorong utama perkembangan industri sapi perah,” katanya.

Susu yang dihasilkan sapi perah yang berkualitas, mempengaruhi pada banyaknya industri pengolah susu (IPS) seperti Bendera, Garuda, SoGood. Karena agar bisa masuk ke IPS, susu harus memenuhi banyak kriteria kualitas antara lain kandungan protein, kandungan lemak, dan kadar kuman maksimal. Untuk itu, pihaknya melakukan berbagai pelatihan kepada peternak sapi perah untuk dapat menghasilkan susu yang berkualitas baik kuantitas maupun kualitas.

“Meningkatkan kualitas bibit sapi perah melalui pelayanan inseminasi buatan, pelayanan kesehatan hewan dan juga pendampingan di dalam uji kualitas susu,” ujarnya.

Salah satu peternak sapi perah, Sri Suparti mengaku senang dengan adanya peningkatan permintaan susu oleh konsumen. Warga Dukuh Kepalon, Desa Karangkendal, Kecamatan Tamansari yang juga sebagai pegawai KUD Musuk ini mengalami peningkatan permintaan awal Bulan Juni.

“Selama pandemi ini permintaan dari kud meningkat sekitar 50 persen. Kalau sesuai harga kualitasnya tinggi sekali untuk pengiriman atau setor ke KUD itu sesuai dengan kualitas ada yang kualitas A ada kualitas B kualitas C. Yang paling tinggi itu kualitas A itu dihargai Rp 6.000, kualitas B Rp 5.700 dan kualitas C Rp 5.500,” katanya. (Tim Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali)

BAGIKAN ARTIKEL INI