Sejarah

Sejarah Kabupaten Boyolali

22 July 2020 - Admbyl

Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYAWIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalahtempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.

=======

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali tidaklah mudah. Untuk menetapkan hari jadi yang selalu diperingati setiap tanggal 5 pada bulan Juni memakan waktu yang cukup lama dan perlu penelusuran sejarah yang panjang. Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini didasarkan atas SuratPerjanjian Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali dengan dengan Lembaga Penelitian UNS pada 11 September 1981. Setelah melakukan penelusuran sejarah, selanjutnya pada 23 Pebruari 1982 di Gedung DPRD Kabupaten Boyolali diselenggarakan seminar tentang SEJARAH HARI JADI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI. Dalam seminar ini telah disimpulkan tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD pada tanggal 13 Maret1982 telah ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 1982 tentang Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Perda tersebut telah diundangkan melalui Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali pada tanggal 22 Maret 1982 Nomor 5 Tahun 1982 Seri D Nomor 3.

No Nama Jabatan Periode Ket
1 RT. Sutonegoro Bupati Pulisi 1847  
2 RT. Prawirodirjo Bupati Pulisi -  
3 RT. Dirjokusumo Bupati Pulisi 1894  
4 RT. Prawironagoro Bupati Pulisi 1913  
5 RT. Pusponagoro Bupati Pulisi 1917 Kemudian diangkat menjadi Bupati Nayoko Bumi Gede dengan nama KRT. Kartonagoro
6 RT. Martonagoro Bupati Pulisi 1921 Kemudian diangkat menjadi Bupati Pulisi Klaten dengan nama RT. Yudonagoro
7 KRT. Suronagoro Bupati Pulisi 21-10-1922 Kemudian diangkat menjadi Bupati Penumping
8 KRT. Reksonagoro Bupati Pangreh Praja 11/09/40 -
9 RM.Ng.Projosuwito Ketua Dewan Pem Daerah 1946  
10 R. Hamong Wardoyo Ketua Dewan Pem Daerah 1947  
11 RT. Boedjonagoro Bupati Pamong Praja 01-06-1948 s/d 29-12-1951  
12 M. Sastrohanjoyo Bupati KDH/Dewan Pemda 01-04-1951 s/d 28-01-1958 Kemudian Residen Pekalongan
13 Suali Dwijosukarto Bupati KDH 21-01-1960 s/d 28-01-1965 diberhentikan
14 Letkol Saebani Bupati KDH 28-01-1965 s/d 25-05-1972 Menjadi Bupati KDH Klaten
15 Letkol Soehardjo Bupati KDH 14-11-1972 s/d 09-06-1979  
16 Letkol MC. Tohir Bupati KDH 09-06-1979 s/d 09-06-1984  
17 Moh. Hasbi Bupati KDH 09-06-1984 s/d 09-06-1994  
18 S. Makgalantung Bupati KDH 9-06-1994 s/d 09-06-1999  
19 Setiawan Sadono Pjs. Bupati 1999-2000  
20 dr. H. Djaka Srijanta Bupati 2000 s/d 15-03-2005  
21 KH. Habib Masturi Wakil Bupati 2000 s/d 15-03-2005  
22 Singgih Pambudi, SH Pjs. Bupati 15-03-2005 s/d 31-07-2005  
23 Drs. Sri Moeljanto Bupati 01-08-2005 s/d 31-07-2010  
24 Drs. Seno Samodro Wakil Bupati 01-08-2005 s/d 31-07-2010  
25 Drs. Seno Samodro Bupati 03-08-2010 s/d 31-07-2015  
26 Agus Purmanto, SH. M.Si Wakil Bupati 03-08-2010 s/d 31-07-2015