Pasar Hewan Ditutup, Disnakan Konsentrasi Penanganan di Kandang Hewan Ternak
Foto : Kepala Desa Madu, Tri Haryadi saat di kandang perternakan sapi milik warga. Selasa (14/7/2022)
BOYOLALI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) telah melakukan penutupan lima pasar hewan yang ada di Kabupaten Boyolali imbas dari merebaknya penyakit mulut dan kaki (PMK) pada hewan ternak. Penutupan tahap kedua yang dimulai dari 11 Mei 2022 hingga 20 Juni 2022 ini merupakan tahap penutupan yang kedua, setelah sebelumnya pada 27 Mei 2022 hingga 10 Juni 2022 juga telah dilakukan penutupan pasar hewan tahap pertama.
Dijelaskan oleh Kepala Disnakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati bahwa dengan adanya penutupan kelima pasar hewan yang ada di Kabupaten Boyolali, membuat pihaknya dapat lebih berkonsentrasi melakukan penanganan PMK di kandang hewan ternak masyarakat. Melalui sosialisasi, pihaknya berharap masyarakat sadar akan bahaya PMK di hewan ternak yang terindikasi mengidap PMK.
“Kita berikan pemahaman penyakit ini penularannya sangat tinggi. Kalau tidak dilakukan penanganan secepatnya bagi salah satu sapi yang terindikasi akan berpotensi menular kepada sapi yang lain atau kandang terdekatnya sehingga kami mengajak seluruh masyarakat ini bersama-sama untuk kerjasama dengan kami,” kata Lusi saat ditemui dalam acara sosialisasi pencegahan PMK di Balai Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Selasa (14/6/2022).
Sosialisasi penanganan yang dilakukan antara lain dengan menyampaikan laporan apabila menemukan hewan ternak yang kurang sehat. Kemudian, masyarakat dihimbau untuk melakukan disinfeksi kandang dua kali tiap hari. Hal tersebut merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan masyarakat. Selain itu, jajaran Disnakan Kabupaten Boyolali menerjunkan tim reaksi cepat yang terdiri dari 22 penyuluh, 40 orang dari Puskeswan, 77 orang inseminator dan jajaran anggota PMI Kabupaten Boyolali.
Sosialisasi PMK tersebut disambut baik oleh Kepala Desa Madu, Tri Haryadi. Menurutnya, dari 1000 ekor sapi didesanya dan 700- 800 ekor sapi suspek atau bergejala PMK dapat kembali sehat. Sehingga harga jual sapi dapat normal kembali yakni di kisaran Rp 70-80 juta per ton dan tidak merugi.
“Dengan adanya PMK itu karena harga sapi sehat mestinya juga naik atau langka kemudian yang terdeteksi untuk penyakit itu mestinya juga tidak bisa dijual. Akhirnya peternak yang mengalami sapinya kena PMK jelas ruginya sangat besar,” ungkapnya.
Merebaknya PMK di Desa Madu ini turut dirasakan oleh peternak sapi perah setempat, Triyanto. Dia mengatakan bahwa kini sapi miliknya mengalami penurunan produksis susu yang hanya mampu menghasilkan 3-4 liter susu dari yang semula mampu mencapai 15 liter.
“Untuk para peternak sapi yang ada di wilayah kami itu hampir kerugiannya besar sekali. dari pakan sudah mahal, terus kita kadang makan tidak habis otomatis kebuang semua kerugian kami dari produksi susu dari biaya produksi itu besar,” tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, kelima pasar hewan di Kabupaten Boyolali yang akan ditutup yakni Pasar Hewan Jelok di Kecamatan Cepogo, Pasar Hewan Karanggede, Pasar Hewan Kalioso di Kecamatan Nogosari, Pasar Hewan Simo dan Pasar Hewan Ampel. Melalui penutupan tahap pertama kelima pasar hewan tersebut, Disnakan Kabupaten Boyolali melaporkan adanya penurunan angka kesembuhan PMK, dari yang 41 ekor sembuh kini sudah 428 ekor yang telah sembuh PMK atau 944 persen sembuh. (Tim Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali)