Kasus Meninggal Covid-19 Melonjak, Penjualan Peti Mati Naik 50 Persen
Foto : Pengrajin Peti Mati , Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo
BOYOLALI – Jumlah kasus kematian pasien terkonfirmasi positif Coronavirus Disease (Covid-19) di Kabupaten Boyolali terus meningkat. Akibatnya, kebutuhan peti mati untuk pemakaman semakin meningkat dan pemesanan melonjak jika dibandingkan hari biasa sebelum pandemi Covid-19. Berdasar data dari Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah Kabupaten Boyolali, jumlah kematian Covid-19 dalam sepuluh hari terakhir pada bulan Juni, minimal ada 20 kasus setiap harinya.
Disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo pada Kamis (1/7/2021) kemarin menjelaskan bahwa kebutuhan peti mati dalam kondisi mengkhawatirkan.
“Kendala sekarang adalah peti mati yang kritis. Karena jumlah kematian tinggi maka efek domino maka peti mati kritis,” ujar pria yang akrab disapa Yoyok ini.
Adanya permintaan peti mati yang meningkat membuat para penjual peti mati menyediakan stok tambahan. Salah seorang pengusaha peti mati, Pipit Latifa yang mengatakan penjualan peti mati beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan 50 persen. Dijelaskan pihaknya mampu menjual antara 20 hingga 25 buah peti mati setiap bulan saat kondisi normal.
“Penjualan peti mati meningkat mungkin sekitar 50 persen,” terangnya saat ditemui di kios miliknya di Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, pada Jumat (2/7/2021) pagi.
Dalam sebulan ini saja, dia mampu membuat 50 peti mati dan langsung diserbu pembeli untuk pemakaman pasien positif Covid-19.
“Sebulan bisa mengeluarkan 50 (peti mati),” ujarnya.
Peti mati yang terbuat dari kayu jati maupun kayu randu ini sudah dilengkapi dengan peralatan jenazah dengan komplit mulai dari kain kafan, sabun hingga payung. Satu peti mati dihargai Rp 700 ribu hingga Rp 3 juta tergantung dari kualitas bahan peti mati. (Tim Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali)