Berita kami

JEJAK KI AGENG SINGOPRONO PENYEBAR ISLAM DI SIMO

10 August 2020 Agama

BOYOLALI-Di Dukuh Kalangan Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Boyolali, sepetak makam berada di puncak bukit, tampak mencolok di tempat yang teduh yang bernama Gunung Tugel. Namun untuk menuju ke makam harus terlebih dulu menaiki sekitar 300 anak tangga.

Tanpa pagar tembok yang biasa menjadi pembatas makam. Hanya ada dua buah batu nisan di sana. Dua batu nisan itu dilengkapi kijing terletak di dalam pagar. sementara bagian tengahnya yang cekung dipenuhi bunga tabur dan bekas tempat membakar kemenyan.

Meski tanpa ukiran, warga sekitar percaya bahwa makam tersebut merupakan makam Kyai Ageng Singoprono I atau Eyang Singoprono sepuh. Sementara satu makam di sampingnya merupakan makam Nyi Ageng Singoprono.

Kyai Ageng Singoprono ini pula lah yang menjadi cikal bakal kawasan setempat. Kabarnya Kiai Singoprono merupakan salah satu tokoh sentral dalam sejarah Simo. Kerabat Keraton Solo, KRT Surojo Adi Nagoro  mengatakan sosok Ki Ageng Singoprono  merupakan keturunan Prabu Brawijaya V serta Joko Tingkir.

Legenda lokal yang berkembang mengisahkan Kyai Singoprono menjabat sebagai Demang Simowalen yang saat ini menjadi wilayah Kecamatan Simo, Boyolali. Sosok Kyai Ageng Singoprono termasuk pendiri Keraton Surakarta Hadiningrat yang cukup berpengaruh.

“Sebagian besar keturunan Kiyai Ageng Singoprono menjadi raja dan tokoh perpengaruh di Keraton Solo seperti PB IX,” katanya.

Warga di sana hidup dalam tradisi Jawa yang kental seiring datangnya Islam. Bahkan tidak sedikit yang mempercayai Kyai Singoprono I merupakan wali Allah ke -10 setelah Sembilan wali.

"Pembawa Islam ke Sambi dan Simo ya Eyang Singaprana ini,” kata KRT Surojo Adi Nagoro.

Kyai Ageng Pengging

KRT Surojo Adi Nagoro menyebut peninggalan Eyang Singoprono ini masih tersisa di sejumlah tempat seperti nama Desa Simo, Manggal, Walen hingga sistem terasering dan irigasi pertanian.

Sejak kedatangan Singoprono, Islam berkembang cukup pesat di Simo, Sambi hingga Karanggede. Meski belum ada penelitian yang mendalam, perkembangan keagamaan ini dibuktikan dengan munculnya langgar dan sejumlah pesantren.

"Selama ini cerita soal Eyang Singoprono di kalangan warga hanya tersebar dari mulut ke mulut," tuturnya.

Meski demikian, Surojo berani mengakui kebenaran legenda tersebut. Dia berpijak pada cerita Syekh Siti Jenar, ulama pembawa Islam ke tanah Jawa. Dalam salah satu kisahnya, Syekh Siti Jenar disebutkan memiliki murid bernama Ki Ageng Pengging yang ikut menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dikatakan, banyak kisah yang menyebut kedekatan Ki Ageng Pengging dan Ki Ageng Singoprono.

“Ki Ageng Pengging masih satu kerabat dan sealiran,” kata dia.

Surojo, menyebutkan di desanya makam Kyai Ageng Singoprono memang kerap menjadi tujuan ziarah warga lokal. Bahkan beberapa tahun terakhir, acara Haul Agung dikonsep lebih menarik. Mereka bergabung bersama prajurit Keraton Kasunanan Solo untuk mengikuti kirab sebelum haul dimulai. Tujuannya agar warga desa setempat tetap merasa memiliki terhadap situs Gunung Tugel sebagai kawasan wisata ziarah.

“ Setiap tahun kita warga tetap mememperingati Haul Kyai Ageng Singoprono,” ujarnya

(yul-PortalBoyolali)

 

BAGIKAN ARTIKEL INI