Bertahan di Tengah Pandemi, Peternak Ayam Kurangi Populasi
Foto : Peternak ayam di Desa Sukorejo Kecamatan Musuk, membersihkan kandang ayam yang tampak kosong. Selasa (12/10/2021)
BOYOLALI – Memasuki masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 di Kabupaten Boyolali, ternyata masih dikeluhkan oleh masyarakat khususnya para peternak ayam maupun peternak ayam petelur. Hal tersebut dikarenakan, harga telur yang semakin anjlok dan harga pakan yang masih tinggi.
Untuk mensiasati hal itu, sejumlah peternak ayam melakukan pengurangan populasi ayam miliknya. Seperti yang dilakukan oleh peternak dari Desa Doplang, Kecamatan Teras, Heri Ardianto. Dia mengaku melakukan pengurangan populasi ayam dengan tujuan agar biaya operasional sehari hari masih berjalan.
“Terpaksa kami menjual beberapa ayam kami afkir walaupun sebenarnya itu belum waktunya afkir, masih produktif, tetapi dengan terpaksa untuk bertahan, ayamnya harus dijual,” katanya saat dijumpai di kandangnya pada Selasa (12/10/2021).
Dilanjutkan olehnya, dengan harga telur yang hanya mencapai Rp 14.000 per kilogram dan pakan ayam diharga Rp 6.800 per kilogram, menurutnya hal tersebut tidak bisa menutup biaya operasional sehari hari. Akibatkan, dia yang dulu memiliki ternak ayam sejumlah 5.000 ekor, kini hanya tersisa 1.000 ekor ayam di kandangnya.
Sementara itu, di tempat terpisah, Kepala Desa Sukorejo, Kecamatan Musuk, Erik Darmadi menjelaskan para peternak ayam di wilayahnya sebagian sudah gulung tikar. Dari semula berjumlah 15 hingga 25 peternak, kini tersisa sekitar 10 peternak ayam yang memiliki ayam sebanyak 1000 ekor. Pihaknya kini fokus untuk membantu memasarkan telur ke konsumen.
“Jadi Pemerintah Desa fokus bisa ikut membantu supaya pemasaran telur bisa berjalan terus, pakan jagung juga bisa terjangkau supaya peternak bisa bertahan,” katanya. (Tim Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali)