Gubernur Luthfi Ajak Stakeholder Teguhkan Jateng Sebagai Lumbung Pangan Nasional

Foto : Bupati Boyolali, Agus Irawan bersama Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Rapat Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) Tahun 2026. Selasa (26/5/2025)
SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ahmad Luthfi mengajak seluruh stakeholder, meneguhkan posisi Jateng sebagai lumbung pangan dan penopang industri nasional pada 2026.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Luthfi saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Rapat Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) Tahun 2026. Acara ini dihadiri oleh Bupati Boyolali, Agus Irawan beserta seluruh kepala daerah se-Jateng di Grhadika Bhakti Praja Kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (26/5/2025).
“Hari ini kita lakukan brain storming dan kita finalkan, bahwa Jawa Tengah untuk tahun 2026 adalah swasembada pangan dalam rangka menopang industri nasional. Ini selaras dengan RPJMN, bahwa kedaulatan pangan di wilayah kita akan kita perkuat,” ujar Gubernur Luthfi.
Dilanjutkan olehnya, guna mendukung predikat tersebut, pihaknya telah memasang target produksi tanaman pangan secara terukur. Pada Tahun 2026, target produksi padi sebanyak 9.380.811 ton, jagung 3.446.000 ton, dan kedelai 78.704 ton.
Pada komoditas perternakan, pada Tahun 2026 ditargetkan produksi daging sebanyak 976.686.848 kilogram, susu sebanyak 76.017.815 liter, dan produksi telur sebanyak 938.181.867 kilogram. Sedangkan, target produksi perikanan budidaya pada 2026 sebesar 618.135 ton.
Untuk mendukung target tersebut, Luthfi menyebut ada 16 upaya yang telah dirumuskan. Di antaranya, pupuk mudah bagi petani, subsidi solar bagi nelayan dan ketersediaan daycare untuk buruh di kawasan industri.
Adapula pembelian hasil panen petani dan nelayan oleh BUMD Jateng Agro Berdikari, peningkatan pelatihan sertifikasi Juru Sembelih Halal dan standar pemotongan hewan, juga program asuransi gagal panen bagi petani dan nelayan lewat Jamkrida.
“Jadi BUMD kita adalah tulang punggung sebagai penjuru, apabila petani nelayan kita bermasalah pada saat hasil panen,” ungkapnya.
Disamping itu, terdapat intervensi peningkatan produksi sektor pertanian. Di antaranya stimulan benih padi seluas 100.101 hektar, benih jagung seluas 3.000 hektar, dan benih kedelai seluas 1.000 hektar.
Intervensi juga dilakukan untuk merehabilitasi jaringan irigasi tersier sebanyak 609 paket, dan irigasi alternatif berupa sumur dangkal, irpom, irpop dan sprinkle sebanyak 55 unit. Selain itu ada intervensi untuk asuransi gagal panen, pembangunan embung, pengamanan produksi dari serangan hama dan dukungan alsintan.
Intervensi juga dilakukan di sektor peternakan. Di antaranya penyediaan benih dan bibit berupa produksi semen beku sebanyak 490.000 dosis di 35 kabupaten/ kota, serta penambahan 3.000 indukan sapi perah.
Adapula penanggulangan penyakit dan zoonosis, berupa vaksinasi 500.000 ekor, pengobatan 10.000 ekor, dan surveilans untuk 2.000 ekor, Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner, penyediaan hijauan pangan dan penyediaan pasar produk hasil pertanian dan informasi pasar.
Sementara, intervensi juga dilakukan untuk sektor perikanan. Seperti pengembangan nilai salin, pengembangan pakan mandiri, penyediaan 6 juta benih nila, peningkatan sarpras pelabuhan perikanan Pantai Tasikagung dan Asuransi Nelayan. (Tim Liputan Pemerintah Kabupaten Boyolali)